TURUNNYA RAJA MINANGKABAU
Tentang kisah terciptanya Adam yaitu kakek segala manusia, terdapat dalam kitab Al Qur'an dan kitab-kitab suci lainnya. Dalam Al Qur'an juga kita temui kisah tentang Iskandar Zulkarnain, demikian dalam Al Qur'an Dan mereka bertanya kepada enkau (Muhammad) tentang Zulkarnain, katakan: Nanti kuceritakan kepadamu. Sesungguhnya Kami teguhkan kekuasaannya dimuka bumi ini dan Kami berikan jalan kepadanya untuk mencapai segala sesua tu. ; seterusnya Al Qur'an surat Al Kahf, ayat 83-99. Kemudian Zulkarnain nikah dengan putri seorang penguasa dinegri Ruhum, yg bernama Hatta dan mendapat 3orang putra yg diberinama ; 1. Sultan Maha Alif; 2. Sultan Maharaja Depang; 3. Sultan Maharaja Diraja.
Kepada ketiga putranya Iskandar Zulkarnain berwasiat sambil menunjuk kearah tertentu dan mereka harus berangkat untuk melanjutkan kekuasaan. Kepada Maharaja Depang menuju arah Negri Cina. Kepada Maharaja Diraja menuju arah kepulau-pulau didaerah Khatulistiwa disebelah selatan. Maharaja Diraja membawa mahkota "Sanggahana" Maharaja Depang membawa senjata "Jurpa tujuh magang kanai sumbing seratu tiga puluh" Maharaja Alif membawa "Keris sampana ganja iris" dan lela yg 3pucuk, sepucuk jatuh kebumi, sepucuk kembali keasalnya jadi mestika dan geliga dan sebuah pedang yang bernama Sabilullah.
Mereka pergi berlayar ketimur menuju pulau Langkapuri. Dan ditengah lautan Baharullah dekat pulau Sailan, timbul niat jelek Maharaja Depang dan Maharaja Alif untuk merebut Mahkota Sanggahana, tetapi mahkota jatuh kedasar laut & dililit seekor naga (TAMBO). Maka pengiring Maharaja Diraja yaitu Cetibilangpandai membuat duplikat mahkota sanggahana. Mahkota sudah tukang dibunuh, dan ketiga putra tersebut berpisah, Maharaja Depang menuju negri Cina. Maharaja Alif kembali ke negri Rum. Adapun Maharaja Diraja terus berlayar menuju ketenggara menuju sebuah pulau Jawa Alkibri, kemudian nama ini berubah menjadi Andalas yg sekarang Sumatra.
Pengiring Maharaja Diraja ada 4orang yg nama dan sifatnya seperti binatang tersebut yaitu Anjing muklim, Kucing siam, Kambing hutan, dan Harimau. Dan mereka melihat puncak gunung, itulah Merapi. Ketika itu daratan belum seluas sekarang ini, maka ada istilah "Sajak gunung marapi sagadang talua itiak". Keempat pengiring tersebut dinikahkan dengan putri Maharaja Diraja. Dalam pada itu laut sudah surut juga. Dibawah kaki gunung merapi sudah terbentang dataran yang amat luas. Dengan kekuasaan Tuhan datang awan putih empat jurai yang bertiup kedaerah yang sudah luas itu. Sejurai merunduk keluhak Agam, sejurai keluhak Tanahdatar, sejurai keluhak Limapuluh, dan sejurai lagi ke Canduanglesi. Sebagai simbolik bahwa kesanalah anak menantu Maharaja Diraja bertempat tinggal dan berkembang biak. Yang turun keluhak Tanahdatar ialah putra yang dipertuan sendiri, yang keluhak Agam bersemboyan anak harimau, yang ke Limapuluh Koto bersemboyan anak kambing, dan ke Canduanglesi ialah anak kambing.
Daulat yang pertama ialah kepada Lakandibida, inilah yang kemudian hari ditempati oleh niniak mamak yang berdua yaitu Ketemanggungan dan Parapatiah nan sabatang. Mereka bersumpah sakti, berjanji erat, bekerja sama dalam membangun negri. Seorang yang bernama Niniak Ali disertakan pula untuk bekerja dan ia bisa berhubungan dengan jin, dan ia sudah bersumpah sakti; Dima baragiah hutan tinggi, randah kayu rambayan, luruih lareh rambayan samak jo gurun, disinan Dang Tuangku batampek tingga. Tahun demi tahun, habis musim berganti musim, manusia mangkin berkembang, inilah cikal bakal Alam Minangkabau.
Kepada ketiga putranya Iskandar Zulkarnain berwasiat sambil menunjuk kearah tertentu dan mereka harus berangkat untuk melanjutkan kekuasaan. Kepada Maharaja Depang menuju arah Negri Cina. Kepada Maharaja Diraja menuju arah kepulau-pulau didaerah Khatulistiwa disebelah selatan. Maharaja Diraja membawa mahkota "Sanggahana" Maharaja Depang membawa senjata "Jurpa tujuh magang kanai sumbing seratu tiga puluh" Maharaja Alif membawa "Keris sampana ganja iris" dan lela yg 3pucuk, sepucuk jatuh kebumi, sepucuk kembali keasalnya jadi mestika dan geliga dan sebuah pedang yang bernama Sabilullah.
Mereka pergi berlayar ketimur menuju pulau Langkapuri. Dan ditengah lautan Baharullah dekat pulau Sailan, timbul niat jelek Maharaja Depang dan Maharaja Alif untuk merebut Mahkota Sanggahana, tetapi mahkota jatuh kedasar laut & dililit seekor naga (TAMBO). Maka pengiring Maharaja Diraja yaitu Cetibilangpandai membuat duplikat mahkota sanggahana. Mahkota sudah tukang dibunuh, dan ketiga putra tersebut berpisah, Maharaja Depang menuju negri Cina. Maharaja Alif kembali ke negri Rum. Adapun Maharaja Diraja terus berlayar menuju ketenggara menuju sebuah pulau Jawa Alkibri, kemudian nama ini berubah menjadi Andalas yg sekarang Sumatra.
Pengiring Maharaja Diraja ada 4orang yg nama dan sifatnya seperti binatang tersebut yaitu Anjing muklim, Kucing siam, Kambing hutan, dan Harimau. Dan mereka melihat puncak gunung, itulah Merapi. Ketika itu daratan belum seluas sekarang ini, maka ada istilah "Sajak gunung marapi sagadang talua itiak". Keempat pengiring tersebut dinikahkan dengan putri Maharaja Diraja. Dalam pada itu laut sudah surut juga. Dibawah kaki gunung merapi sudah terbentang dataran yang amat luas. Dengan kekuasaan Tuhan datang awan putih empat jurai yang bertiup kedaerah yang sudah luas itu. Sejurai merunduk keluhak Agam, sejurai keluhak Tanahdatar, sejurai keluhak Limapuluh, dan sejurai lagi ke Canduanglesi. Sebagai simbolik bahwa kesanalah anak menantu Maharaja Diraja bertempat tinggal dan berkembang biak. Yang turun keluhak Tanahdatar ialah putra yang dipertuan sendiri, yang keluhak Agam bersemboyan anak harimau, yang ke Limapuluh Koto bersemboyan anak kambing, dan ke Canduanglesi ialah anak kambing.
Daulat yang pertama ialah kepada Lakandibida, inilah yang kemudian hari ditempati oleh niniak mamak yang berdua yaitu Ketemanggungan dan Parapatiah nan sabatang. Mereka bersumpah sakti, berjanji erat, bekerja sama dalam membangun negri. Seorang yang bernama Niniak Ali disertakan pula untuk bekerja dan ia bisa berhubungan dengan jin, dan ia sudah bersumpah sakti; Dima baragiah hutan tinggi, randah kayu rambayan, luruih lareh rambayan samak jo gurun, disinan Dang Tuangku batampek tingga. Tahun demi tahun, habis musim berganti musim, manusia mangkin berkembang, inilah cikal bakal Alam Minangkabau.
0 Komentar untuk "Turunnya Raja Minangkabau"