sifat soko (gelar pusaka) dalam adat minangkabau terbagi kedalam 4 macam
Adat samo diisi
Limbago samo dituang
Darah samo dikacau
Tanduak samo ditanam
Daging samo dilapah
setelah melaksanakan segala prosedur tersebut maka resmiah seseorang memangku jabatan sokonya, dan diakui duduak samo randah, tagak samo tinggi, dengan ninik mamak nagari yang bersangkutan. dan semenjak diresmikan gelar soko yang bersangkutan, maka seseorang yang memangku jabatan soko itu dipanggil "Datuak" dan tidak dibenarkan memanggil nama kecilnya seperti biasa. seorang mamak, saudara dari ibu yang telah resmi menjabat gelar pusakanya sebagai penghulu, dianjurkan tidak memanggil namanya melainkan gelarnya.
ketentuan ini adalah dalam rangka mentaati permufakatan bersama, yang telah diucapkan bersama, dan diakui bersama, mebesarkan, menganjungkan bersama. maka salahlah meurut hukum adat merubah kesepakatan yang telah dibuat bersama. setiap penobatan seorang menjadi penghulu seharunya mengucapkan sumpah jabatan yang biasa berbunyi sebagai berikut.
Demi Allah saya berjanji
Akan menghukum adieh
Bakato bana, mamaliharo
Anak kemenakan, manuruik
Aluih nan luruih, manampuah
Jalan nan pasa, mamaliharo harato
Pusako, kusuik kamanyalasai
Karuah kamampajaniehan, mamaliaharo
Anak kamanakan, sarato koroang
Dengan kampuang, sampai kakoto jo nagari
Penghulu sabuah hukum, sakato lahieh dengan bathin
Sasuai Muluik jo hati
Amanaik samo dipacik, ingkara samo diunyikan
Kalau tidak kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek
ditangan dilariek kumbang,baka karakok tumbuah dibatu
iduik anggak mati tak namuah, kanai kutuak kalamullah.
- dipakai artinya soko (gelar pusaka) tersebut dipakai oleh kaum yang bersangkutan, gelar pusako dalam suatu kaum bisa dipakai (didirikan), apabila dalam kaum tersebut telah diperoleh kata sepakat tersebut tentang siapa yang memangku gelar pusaka tersebut. atau salah seorang laki-laki dari kaum yang bersangkutan. kalau diperoleh kata sepakat maka gelar pusaka tersebut sudah dapat dipakai, selanjutnya kepala waris yang tertua mengajukan kebulatan kaum ini kepada kerapatan suku. setelah kerapatan suku menerima dengan meneliti calon yang diajukan itu tentang.
- sifatnya
- budi pekertinya
- kepemimpinannya
- kewibawaannya
- itikad baiknya terhadap adat dan agama islam
Adat samo diisi
Limbago samo dituang
Darah samo dikacau
Tanduak samo ditanam
Daging samo dilapah
setelah melaksanakan segala prosedur tersebut maka resmiah seseorang memangku jabatan sokonya, dan diakui duduak samo randah, tagak samo tinggi, dengan ninik mamak nagari yang bersangkutan. dan semenjak diresmikan gelar soko yang bersangkutan, maka seseorang yang memangku jabatan soko itu dipanggil "Datuak" dan tidak dibenarkan memanggil nama kecilnya seperti biasa. seorang mamak, saudara dari ibu yang telah resmi menjabat gelar pusakanya sebagai penghulu, dianjurkan tidak memanggil namanya melainkan gelarnya.
ketentuan ini adalah dalam rangka mentaati permufakatan bersama, yang telah diucapkan bersama, dan diakui bersama, mebesarkan, menganjungkan bersama. maka salahlah meurut hukum adat merubah kesepakatan yang telah dibuat bersama. setiap penobatan seorang menjadi penghulu seharunya mengucapkan sumpah jabatan yang biasa berbunyi sebagai berikut.
Demi Allah saya berjanji
Akan menghukum adieh
Bakato bana, mamaliharo
Anak kemenakan, manuruik
Aluih nan luruih, manampuah
Jalan nan pasa, mamaliharo harato
Pusako, kusuik kamanyalasai
Karuah kamampajaniehan, mamaliaharo
Anak kamanakan, sarato koroang
Dengan kampuang, sampai kakoto jo nagari
Penghulu sabuah hukum, sakato lahieh dengan bathin
Sasuai Muluik jo hati
Amanaik samo dipacik, ingkara samo diunyikan
Kalau tidak kaateh indak bapucuak, kabawah indak baurek
ditangan dilariek kumbang,baka karakok tumbuah dibatu
iduik anggak mati tak namuah, kanai kutuak kalamullah.
0 Komentar untuk "4 Sifat Soko di Minangkabau yang Pertama"